KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Asuhan
keperawatan bagi klien berduka dimulai dengan menetapkan makna kehilangan. Hal
ini menjadi sulit jika klien tidak mau mengekspresikan perasaan atau mengalami
syok atau menyangkal. Perawat mengamati respon terhadap kehilangan tersebut.
Perawat menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan reflektif seperti “ anda tampak kuatir dengan kondisi saudara
laki-laki anda” atau”ketika dokter menginformasikan kepada anda tentang hasil
pemeriksaan, anda tampak sangat ketakutan. Apa yang anda pikirkan?” respon ini
sangat penting dan member makna pada perasaan seseorang. Komunikasi terbuka mencoba untuk mencapai
tujuan berikut : (1) komunikasi terbuka memungkinkan klien membuat jarak dan
kecepatan. (2) komunikasi terbuka mencerminkan: bahwa memungkinkan klien untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri. (3) komunikasi terbuka
memberikan kepastian bahwa setiap topic adalah terbuka untuk dipertimbangkan
(Doka,1993). Perawat menunjukkan penerimaan terhadap semua reaksi dukacita. Misalnya
jika klien mulai menangis ,perawat terap tenang untuk siap memberikan
ketenangan kepada klien ,ketimbang mengabaikan klien pada waktu yang sangat
dibutuhkan. Mengharagai duka cita melalui sentuhan yang sesuai dengan waktu dan
tempat serta perhatian akan meningkatkan
kepercayaan.
Perawat
seing menjadi target kemarahan klien dan
keluarganya. Karena sulit untuk menerima klien secara pribadi , perawat mungkin
merespon dengan menghindari klien dan keluarganya . untuk dapat menghadapi
kemarahan secara efektif perawat harus
menelaah perasaan dan responnya sendiri terhadap marah. Dengan peningkatan kesadaran terhadap respon
pribadi tentang kemarahan ,perawat perawat akan lebih baik dalam memberikan
dorongan kepada klien untuk mengekspresikan marahnya. Perawat membiarkan klien dan
keluarganya untuk mengetahui bahwa pengekspresian seperti ini adalah normal.
Misalnya , perawat dapat mengatakan “ anda jelas sangat marah. Demikian juga
orang lain dalam situasi seperti ini. Saya hanya memberitahu anda bahwa saya
bersedia untuk berbicara dengan anda jika anda menginginkannya.”
Perawat
tidak boleh membuat rintangan untuk onunikasi. Komunikasi terhambat oleh adanya
penyangkalan dukacita klien, pemberian keterangan palsu, atau penghindaran
untuk membahas masalah. Misalnya, ketika klien mengekspresikan marah tentang
penyakit terminal, peraway harus mengindari membuat pernyataan seperti j”jangan
kuatir, anda akan hidup lebih lama dari kita semua “atau “karena anda marah
mengapa kita tidak membicarakan hal yang lain saja?”
Perawat
juga harus menghindari pemberian nasihat atau menganalisis kemungkina penyebab
kehilangan atau perilaku klien. Pernyataan seperti “semua adlah kehendak Tuhan”
atau “Anda kan mersa lebih baik jika anda beinteraksi lebih banyak dengan orang
lain”. Tidak ada topic yang harus dihindari dimana klien menjelang ajal ingin
membahasnya. Klen lebih mungkin untuk menceritakan tetang keamatian dengan
seseorang yang menengarkan dan mengekspresikan perhatian dengan tulus
mengasihi. Klien mungkin membuat pernyataan terbuka seperti terbuka seperti “dokter bicara dengan saya hari ini”
mengharapkan bahwa perawat sangat merespons.
Sering kali masalah yang timbul dalam pemberian perawatan akan
mempengauhi tujuan pengobatan, yaitu apakah tujuan pengobatan adalah pengobatan
agresif dengan harapan terjadi pemulihan atau pengobatan paliatif ketika tidak
ada lagi peluang untuk pemulihan. Ketika harapan klien dan keluarganya berbeda
dari tim yang pemberi perawatan kesehatan, maka perawat harus bersikap cermat.
Harapan klien tidak boleh terlambat sebelm klien meninggal(DOKA, 1993).
Jika klien kehilangan
semua harapan, mungkin terdapat kepasrahan psikologis dan fisik prematur
terhadap kematian. Hal ini bergantung pada persepsi klien tentang nilai dan
keefektifan diri. Perawat mendukung harapan klien dengan membantu kembali klien
meraih control., martabat,dan harga diri. Hal ini dilakukan dengan berfokus
pada situasi saat ini dan masa mendatang, dengan menekankan potensi dan kempuan
yang masih tersisa, dan dengan menyusun peristwa ehidupan untuk mengubah rasa
predikbilitas dan kontitunuitas. Perawat mencari cara untuk memlihara
pencapaian yang menyebabkan kepuasan dan antisipasi. Perawat mendorong klien
dan keluarganya untuk mengenang kebahagiaan dan keberhasilan sebelumya.
Penolakan terhadap mati
atau penerimaan ketidakberdayaan adalah suatu motivator. Klien yang tetap
mempunyai rasa percaya diri dan pasti, meskipun menderita penyakiy parah,
adalah klien yang mampu lebih baik untuk menoleransi efek samping pengobatan
dan sering hiduplebih lama daripada yang diperkirakan. Dengan meyuluh dan
membantu klien dan keluarganya menidetifikasi tanda dini keputusasaan dan
kehilangan (seperti mengajukan sedikt pertanyaan tentang pengobatan,
menghindari pembahasan kondisi klien, menolak untuk makan, atau mengabaikan
upaya untuk mempertahankan hygiene personal , perawat dapat membantu klien
melanjutkan perilaku yang hidup sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar