Rabu, 27 Juni 2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


KOMUNIKASI TERAPEUTIK
            Asuhan keperawatan bagi klien berduka dimulai dengan menetapkan makna kehilangan. Hal ini menjadi sulit jika klien tidak mau mengekspresikan perasaan atau mengalami syok atau menyangkal. Perawat mengamati respon terhadap kehilangan tersebut. Perawat menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan reflektif seperti  “ anda tampak kuatir dengan kondisi saudara laki-laki anda” atau”ketika dokter menginformasikan kepada anda tentang hasil pemeriksaan, anda tampak sangat ketakutan. Apa yang anda pikirkan?” respon ini sangat penting dan member makna pada perasaan seseorang.  Komunikasi terbuka mencoba untuk mencapai tujuan berikut : (1) komunikasi terbuka memungkinkan klien membuat jarak dan kecepatan. (2) komunikasi terbuka mencerminkan: bahwa memungkinkan klien untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri. (3) komunikasi terbuka memberikan kepastian bahwa setiap topic adalah terbuka untuk dipertimbangkan (Doka,1993). Perawat menunjukkan penerimaan terhadap semua reaksi dukacita. Misalnya jika klien mulai menangis ,perawat terap tenang untuk siap memberikan ketenangan kepada klien ,ketimbang mengabaikan klien pada waktu yang sangat dibutuhkan. Mengharagai duka cita melalui sentuhan yang sesuai dengan waktu dan tempat serta perhatian  akan meningkatkan kepercayaan.
            Perawat seing menjadi  target kemarahan klien dan keluarganya. Karena sulit untuk menerima klien secara pribadi , perawat mungkin merespon dengan menghindari klien dan keluarganya . untuk dapat menghadapi kemarahan secara efektif perawat  harus menelaah perasaan dan responnya sendiri terhadap marah.  Dengan peningkatan kesadaran terhadap respon pribadi tentang kemarahan ,perawat perawat akan lebih baik dalam memberikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan marahnya. Perawat membiarkan klien dan keluarganya untuk mengetahui bahwa pengekspresian seperti ini adalah normal. Misalnya , perawat dapat mengatakan “ anda jelas sangat marah. Demikian juga orang lain dalam situasi seperti ini. Saya hanya memberitahu anda bahwa saya bersedia untuk berbicara dengan anda jika anda menginginkannya.”
            Perawat tidak boleh membuat rintangan untuk onunikasi. Komunikasi terhambat oleh adanya penyangkalan dukacita klien, pemberian keterangan palsu, atau penghindaran untuk membahas masalah. Misalnya, ketika klien mengekspresikan marah tentang penyakit terminal, peraway harus mengindari membuat pernyataan seperti j”jangan kuatir, anda akan hidup lebih lama dari kita semua “atau “karena anda marah mengapa kita tidak membicarakan hal yang lain saja?”
            Perawat juga harus menghindari pemberian nasihat atau menganalisis kemungkina penyebab kehilangan atau perilaku klien. Pernyataan seperti “semua adlah kehendak Tuhan” atau “Anda kan mersa lebih baik jika anda beinteraksi lebih banyak dengan orang lain”. Tidak ada topic yang harus dihindari dimana klien menjelang ajal ingin membahasnya. Klen lebih mungkin untuk menceritakan tetang keamatian dengan seseorang yang menengarkan dan mengekspresikan perhatian dengan tulus mengasihi. Klien mungkin membuat pernyataan terbuka seperti terbuka seperti  “dokter bicara dengan saya hari ini” mengharapkan bahwa perawat sangat merespons.
   Sering kali masalah yang timbul dalam pemberian perawatan akan mempengauhi tujuan pengobatan, yaitu apakah tujuan pengobatan adalah pengobatan agresif dengan harapan terjadi pemulihan atau pengobatan paliatif ketika tidak ada lagi peluang untuk pemulihan. Ketika harapan klien dan keluarganya berbeda dari tim yang pemberi perawatan kesehatan, maka perawat harus bersikap cermat. Harapan klien tidak boleh terlambat sebelm klien meninggal(DOKA, 1993).
Jika klien kehilangan semua harapan, mungkin terdapat kepasrahan psikologis dan fisik prematur terhadap kematian. Hal ini bergantung pada persepsi klien tentang nilai dan keefektifan diri. Perawat mendukung harapan klien dengan membantu kembali klien meraih control., martabat,dan harga diri. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada situasi saat ini dan masa mendatang, dengan menekankan potensi dan kempuan yang masih tersisa, dan dengan menyusun peristwa ehidupan untuk mengubah rasa predikbilitas dan kontitunuitas. Perawat mencari cara untuk memlihara pencapaian yang menyebabkan kepuasan dan antisipasi. Perawat mendorong klien dan keluarganya untuk mengenang kebahagiaan dan keberhasilan sebelumya.
Penolakan terhadap mati atau penerimaan ketidakberdayaan adalah suatu motivator. Klien yang tetap mempunyai rasa percaya diri dan pasti, meskipun menderita penyakiy parah, adalah klien yang mampu lebih baik untuk menoleransi efek samping pengobatan dan sering hiduplebih lama daripada yang diperkirakan. Dengan meyuluh dan membantu klien dan keluarganya menidetifikasi tanda dini keputusasaan dan kehilangan (seperti mengajukan sedikt pertanyaan tentang pengobatan, menghindari pembahasan kondisi klien, menolak untuk makan, atau mengabaikan upaya untuk mempertahankan hygiene personal , perawat dapat membantu klien melanjutkan perilaku yang hidup sehat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar